Author: acehnesia
Namun penolakan itu tidak membuat perusahaan group Bakrie tersebut menghentikan rencana eksploitasi kawasan tersebut.
Sebagian warga memanfaatkan peluang tersebut berburu akar kuning dan getah pohan damar ke dalam Hutan Leuser demi bisa menyambung hidup sehari hari.
Tepat pukul 08.30 WIB hari Sabtu tanggal 30 Januari 2021, Tim gabungan yang terdiri dari Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Camat Darul Hasanah, Kapolsek Darul Hasanah, Danpos Koramil Darul Hasanah, Kepala Desa Gulo bersama dengan mitra WCS-IP (Wildlife Conservation Society-Indonesia Program) dan FKL (Forum Konservasi Leuser) melakukan pelepasliaran Harimau Sumatera yang diberi nama “Danau Putra” kembali ke habitat alaminya. “Danau Putra”, harimau yang berjenis kelamin Jantan dengan usia 1-1,5 tahun dan berat badan 45 – 50 Kg, sebelumnya dilaporkan pada tanggal 22 Januari 2021 oleh masyarakat dalam kondisi lemah dan terluka…
https://youtu.be/KbGuUX28iiU
Di masa lalu, konflik separatis GAM mencegah perusahaan perkebunan dan pertambangan masuk ke kawasan ekosistem Leuser. Namun sejak perjanjian damai 2005, pembangunan memberi tekanan besar pada hutan dengan ekosistem yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati ini. Leuser Di Aceh Selatan kami bertemu dengan Lahmudin, seorang petani sawit dan jagung yang sedang mengumpulkan buah sawit untuk dijual ke perusahaan sawit. “Ladang ini tadinya hutan,” kata pria paruh baya itu, sambil menunjuk lahannya yang dikelilingi oleh perbukitan yang tertutup pohon. Dia mengatakan bahwa sekitar satu dekade yang lalu, penebangan hutan besar-besaran terjadi di sini karena warga membutuhkan uang sehingga mereka mengubah lahan…
“Pada proses pelepasliaran, terlihat Suro sangat bersemangat dapat kembali ke habitat alaminya. Saat pintu kandang terbuka, Suro langsung meneruskan perjalanannya menuju ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser,” tutur Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) KLHK Indra Exploitasia.
Sepanjangan 2020 terdapat 10 ekor gajak yang mati di Aceh. Kematian terbanyak terjadi di Aceh Jaya yakni; enam ekor, lima diantaranya sudah menjadi tulang belulang, di Aceh Timur dua ekor yang berjenis kelamin betina dan Pidie dua ekor.
Jenis Kedih yang terdapat di sebelah timur Sungai Wampu ternyata berbeda dengan yang terdapat di sebelah barat. Kekayaan fauna di TNGL sebenarnya banyak terdapat di kawasan yang terletak di ketinggian 0 – 1000 mdpl. Di daerah yang lebih tinggi, komposisi fauna mengalami perubahan dan keberadaannya mulai terbatas.
Laporan Jurnalis Warga, Ayuraddin ACEHNESIA.COM | Petani di Seuneubok brabu, Desa Pinto Rimba kecamatan Peudada Kesulitan mengangkut hasil kebun dikarenakan harus melewati sungai yang kadang kala banjir Sehingga menyebabkan biaya pengangkutan hasil kebun makin tinggi. Petani di Seuneubok brabu, desa Pinto Rimba kecamatan Peudada Kesulitan mengangkut hasil kebun dikarenakan harus melewati sungai Masyarakat tani melakukan gotong royong untuk merekayasa arus sungai, dengan harapan bisa menghambat arus sungai untuk bisa dilalui kendaraan saat musim kemarau. Petani di Seuneubok brabu, desa Pinto Rimba kecamatan Peudada Kesulitan mengangkut hasil kebun dikarenakan harus melewati sungai Pun hal tersebut juga tidak bisa dilakukan saat musim…