KELAPA sawit dituduh sebagai driver utama deforestasi dan kebakaran hutan yang berdampak pada hilangnya biodiversitas otentik asli Indonesia. Bagi operator perkebunan kelapa sawit, tanaman ini diklaim tidak menyebabkan kerusahakan lingkungan yang menjadi pemicu perubahan iklim.
Kampanye antisawit dianggap sebagai fitnah untuk mendiskreditkan komiditas unggulan yang jadi pendongkrak 30 persen ekonomi nasional Indonesia.
Mengutip laporan Palm Oil Indonesia, pernyataan dan isu-isu negatif tentang sawit diterbitkan dalam laporan berikut ini:
- Perkebunan sawit bukan penyebab deforestasi
Berdasarkan hasil kajian Fahmudin dan Gunarso (2019) terkait asal muasal perkebunan kelapa sawit Indonesia diketahui bahwa selama periode 1990-2018, sebanyak 23 persen perkebunan sawit di Indonesia berasal dari lahan pertanian (agroforestry). Kawasan ex-logging yang banyak ditemukan di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi berubah menjadi lahan semak belukar yang tidak produktif dan kemudian dimanfaatkan oleh Pemerintah Orde Baru melalui program transmigrasi salah satunya menjadi perkebunan sawit.
Sumber: https://www.astra-agro.co.id/2020/09/08/sawit-merusak-alam-baca-dulu-nih-faktanya/
Fakta lainnya:
Kelapa sawit berkontribusi dalam deforestasi, hilangnya tutupan hutan, berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca (dari konversi hutan), berkurangnya biodiversitas, hilangnya habitat spesies langka, berkurangnya spesies langka.
Sumber: https://betahita.id/news/detail/5845/mengenal-kelapa-sawit-penyebab-deforestasi-terbesar-saat-ini
- Perkebunan sawit bukan penyebab kekeringan
Tidak hanya dituduh sebagai penyebab hilangnya unsur hara, kelapa sawit juga difitnah sebagai tanaman yang boros dalam penggunaan air sehingga menyebabkan kekeringan. Kendati demikian, hasil penelitian Coster (1938) menyatakan bahwa tingkat evapotranspirasi yang menunjukkan kebutuhan air pada kebun sawit lebih rendah dibandingkan dengan bambu, lamtoro, akasia, sengon, pinus, dan karet.
Sumber: https://www.astra-agro.co.id/2020/09/08/sawit-merusak-alam-baca-dulu-nih-faktanya/
Fakta lainnya:
Ekspansi perkebunan kelapa sawit memberikan dampak positif berupa peningkatan pendapatan rumahtangga dan peningkatan daya beli masyarakat, namun disisi lain, ekpansi perkebunan kelapa sawit menyebabkan kerusakan lingkungan, kekeringan di wilayah hulu, dan kebanjiran di wilayah hilir.
Sumber: https://www.kompasiana.com/derichardhputra/5500e956a333111e735126a6/ternyata-sawit-penyebab-banjir-dan-kekeringan https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/90932#:~:text=Ekspansiperkebunankelapasawitmemberikandampakpositifberupapeningkatanpendapatan,dankebanjiranwilayahhilir
- Perkebunan sawit bukan penyebab tanah tandus
Kehadiran kelapa sawit sebagai salah satu mukjizat dari Tuhan sejatinya berperan dalam konservasi tanah dan tidak mengakibatkan tanah menjadi tandus. Justru sebaliknya, banyak penelitian yang membuktikan bahwa biomassa pada kebun sawit memiliki peran penting dalam meningkatkan kesuburan tanah.
Sumber: https://www.astra-agro.co.id/2020/09/08/sawit-merusak-alam-baca-dulu-nih-faktanya/
Fakta lainnya: Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mengatakan perkebunan sawit dapat merusak lingkungan. Sebab, pohon kelapa sawit dapat mengurangi zat hara tanah.
Sumber: https://news.detik.com/berita/d-5150510/megawati-dari-sisi-lingkungan-sawit-sangat-merusak
- Perkebunan sawit bukan penyebab hilangnya biodiversitas hutan
Sejak awal pembangunan, berdasarkan UU 41/1999 tentang Kehutanan, Indonesia sudah mengklasifikasikan hutan yang dapat dikonversi (deforestable/hutan konservasi) dan hutan yang harus dipertahankan (non-deforestable/hutan lindung) dengan proporsi mencapai 44 persen dari total hutan Indonesia.
Sumber: https://www.astra-agro.co.id/2020/09/08/sawit-merusak-alam-baca-dulu-nih-faktanya/
Fakta lainnya: Perkebunan kelapa sawit merusak hutan dengan pembukaan lahan baru yang semakin luas. Hutan kalimantan kini semakin habis, karena telah berganti menjadi tambang batu bara dan perkebunan sawit. Luasan hutan yang berkurang membawa serta dampak negatif lainnya.
- Perkebunan sawit bukan penyebab kebakaran hutan
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia, baik provinsi dengan komoditas unggulan kelapa sawit maupun komoditas pertanian lainnya. Data Global Forest Watch (2019) menunjukkan bahwa sekitar 68 persen titik api ternyata berada di luar konsesi kelapa sawit.
Sumber: https://www.astra-agro.co.id/2020/09/08/sawit-merusak-alam-baca-dulu-nih-faktanya/
Fakta lainnya: Selain dari faktor alam, pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kebakaran hutan di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Sumber: https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106181 https://bisnis.tempo.co/read/1180804/sawit-watch-pemerintah-sulit-akui-kebakaran-hutan-karena-sawit