INFOLEUSER.COM — Kedih sebutan untuk bahasa Gayo atau dengan nama Ilmiah (Presbytis thomasi) atau dalam istilah Aceh disebut Reungkah.
Satwa ini pada umumnya mudah ditemui hidup di pinggiran hutan khususnya dekat dengan pemukiman warga atau bisa disebut satwa penghuni pingiran hutan.
Sumber makanan favoritnyapun seperti bunga, dedaunan dan buah.
Akibat pohon buah buahan yang hidup secara liar di hutan seperti tampoy, bergang piet rambutan hutan, rebana, cecantiken dan pungkiren terus berkurang di hutan sehingga kebun masyarakat menjadi daerah jelajahah kedih untuk mencari pakan.
Para petani yang berkebun di Kawasan Ekosistem Leuser ( KEL ) salah komoditas unggulan adalah tanaman keras diantaranya kakao, pisang, durian, rambutan, langsat dan manggis.
Tak jarang ketika musim panen tiba hewan tersebut sering memakan buah tanaman warga sehingga konflik dengan para petani kerap terjadi saban tahun di hutan Leuser.
Satwa yang berambut mohak, berwarna putih dan coklat tersebut salah satu makanan favorit Harimau, dan tak jarang hewan tersebut ketika harimau berada di satu kawasan kedih lebih memilih bersembunyi di atas pohon yang tinggi dan merupakan tanda alam bagi masyarakat adat agar berhati hati memasuki kawasan hutan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Nomor 106 Tahun 2008 tentang jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. kedih termasuk satwa yang dilindungi.
Dari informasi yang diterima INFOLEUSER.com dari berbagai sumber belum lama ini, keberadaan Kedih di hutan Leuser hidupnya kian terancam.
Alasannya selain para petani yang tak mengetahui hewan ini termasuk primata satwa endimik yang dilindungi dan perburuannya pun gencar dilakukan bahkan di malam hari.
Caranya dengan mendatangi pohon dimana satwa tersebut tidur menggunakan senjata tajam yang lebihi kaliber dan dibantu cahaya senter.
Padahal satwa yang hidup secara berkelompok tersebut hanya terdapat di hutan Leuser khususnya bagian utara Sumatera, yakni Provinsi Aceh. (*)