INFOLEUSER.COM | BLANGKEJEREN — Harimau Sumatra atau dengan nama latin (Panthera Tigris Sumatrana) atau dalam istilah lokal beragam sebutannya untuk sikucing besar tersebut di antaranya ( Datok, Tok Uten, Kuring Letong, Tokron, Regom, Pake Bur, Seom dan Kule).
Ini merupakan species kunci yang dilindungi dan keberadaannya diambang kepunahan dari kawasan Hutan Leuser.
Nama tersebut begitu familiar sehingga diabadikan nama sebuah kawasan sebut saja Pelipen Datok (tempat harimau menyeberang) yang terletak di suatu kawasan yang merupakan salah satu sungai tempat masyarakat mencari ikan tangkapan.
Di kawasan ini juga terdapat objek wisata air terjun .
Warga Pining, Kasmiran menuturkan belum lama ini, hewan tersebut sering muncul bahkan turun dari hutan belantara ke pemukiman penduduk pada waktu-waktu hari besar islam, seperti Hari Raya Idul Adha, Idul Fitri, Maulid Nabi, Israk Mijra’.
“Baik itu dilihat secara langsung oleh manusia maupun hanya nampak jejaknya,” jelasnya.
Satwa tersebut, seperti ada tradisi ketika hari besar Islam sering muncul di pinggiran kampung yang berdekatan dengan hutan.
Dimana hewan tersebut biasanya hidup di belantara rimba dan itu masih ada sampai sekarang,” sebut kasmiran.
Lanjut Iran, hewan tersebut pemalu, sopan dan santun meskipun dia terkenal ganas dan tak pernah melakukan kekuatan fisiknya untuk menyakiti manusia.
Terkecuali dia diganggu dan manusia tersebut melakukan kesalahan fatal, sekalipun kesalahan di masyarakat.
Dan ketika hendak memangsa manusia harus berkaca atau melihat sebanyak 44 daun kering baru memangsa manusia.
Pun demikian ketika dia memangsa manusia berakibat fatal bagi dirinya karna ia bisa tak makan selama 44 hari sebut Iran.
Di sisi lain hewan tersebut, takut melihat jidat manusia apabila hendak dimaksa, di samping itu hewan tersebut jarang berpasan dengan manusia karena mempunyai insting yang tinggi.
Disamping itu masyarakat adat jarang pergi ke hutan dan melakukan aktivitas di pinggiran hutan ketika hari besar islam tersebut, kalau pun beraktivitas tetap waspada.
Ditambahkan, masyarakat lazimnya, melihat tanda dari perkiraan alam dengan tak adanya suara monyet ekor panjang berbunyi dan babi hutan menjauh dari pinggiran hutan.
Dimana kedua hewan tersebut merupakan makanan favorit harimau. Makanya apabila babi sering diburu ternak warga jadi sasarannya, sebutnya kasmiran.
Hal yang sama juga dijelaskan Pawang Hutan Sarfudin 45. Katanya, ketika hendak berburu, hewan buruan seperti Kijang dan Rusa sulit ditemui jejaknya.
Ini pertanda harimau tersebut berada di kawasan tersebut.
“Jarang berjumpa dengan manusia hanya orang orang baik dan bertuan aja bisa jumpa kalau gak bertuan dia lebih memilih menjauh dan pergi karena hewan tersebut memiliki kelebihan di indra penciuman dan pendengaran,” demikian Aman Juna. (*)