Sistem ini berkaitan dengan musim menanam padi atau bersawah, dan jenis tanaman pertanian lainnya dan sudah ada sejak zaman..

Keuneunong, Kalender Usang Petani Aceh

ACEHNESIA.COM — Anda masih ingat dengan istilah Keuneunong atau disebut juga dengan Keunong?

Istilah Keneunong ini merupakan sebuah sistem kalender atau penanggalan masyarakat Aceh berdasarkan arah angin, peredaran matahari, dan musim, dalam melakukan bercocok tanam.

Sistem ini berkaitan dengan musim menanam padi atau bersawah, dan jenis tanaman pertanian lainnya dan sudah ada sejak zaman Sultan Iskandar Muda.

Namun, dalam kalender penanggalannya saat ini, sistem ini diadopsi untuk membuat Kalender Aceh, yang memiliki perbedaan dengan kalender Masehi.

Perhitungan atau penanggalan Keuneunong ini, mencari waktu yang tepat untuk bercocok tanam, secara khusus untuk melihat waktu yang tepat untuk turun ke sawah.

Penanggalan Keuneuong ini merujuk pada kondisi musiman, di mana biasanya tanggal tersebut akan jatuh di tanggal ganjil.

Keuneunong mempunyai arti penting bagi petani Aceh yang mayoritas penduduknya agraris.

Kalender ini merumuskan informasi cuaca yang digunakan untuk panduan jadwal bercocok tanam.

Musim kemarau biasanya disebut keununong tujuh belas, lima belas, tiga belas, sebelas, sembilan dan puncak kemarau disebut keununong tujuh.

Misalnya untuk petani palawija agar dapat tumbuh dengan baik dan subur harus menanam tanaman pada musim curah hujan yang tinggi.

Sistem Keuneunong

Dalam buku berjudul The Atjeher karya Snouck Hurgronje tahun 1985 (diterjemakan oleh NG Singarimbun) menyebutkan bahwa Keuneunong telah diawali pada Keuneunng dua ploh lhee (diartikan dengan tanggal 23 Jumadil Akhir, merujuk pada tahun Hijriah).

Pada Keuneunong ini, biasanya padi-padi di sawah mulai menguning, banyak yang mulai rebah dan menjadi puso karena angin timur yang sangat kencang.

Artinya bahwa, situasi di sawah juga dijadikan sebagai acuan untuk melihat waktu yang tepat untuk melaut.

Jadi, dengan menanam padi sesuai Keuneunong, maka bisa digunakan juga untuk melihat tanda-tanda yang baik pergi berburu ikan di laut.

Berkenaan dengan hal ini dalam sebuah kiasan, masyarakat Aceh pun sering menyebut kalimat: “Musem timu jak tarek pukat, musem barat jak meuniaga”, yang artinya bahwa agin timur (musim timur) lebih baik pergi melaut, angin barat (musim barat) lebih baik untuk berdagang.

Artinya bahwa pada musim timur, ombak di lautan tidak ganas, sementara itu pada musim barat, ombak di laut lebih ganas dan badai akan lebih sering datang.

Artinya bahwa jika angin kuat kearah timur maka itu waktu yang tepat untuk melaut, sementara jika angin lebih kuat ke barat maka itu merupakan masa yang baik untuk menjual hasil tangkapan atau bisa berjualan.

Untuk melihat penaamaan Keuneunong Aceh, berikut adalah sistem penanggalan dalam sistem Keuneunong, di mana Bulan Masehi dikali dua (dimulai bulan 12 turun ke bulan 1), dan hasil Keuneunong adalah 25 – hasil perkalian bulan Masehi x 2. Keuneunong selalu angka ganjil.

Rumus Keuneunong

Sebagai salah satu mata pencaharian sehari-hari, bertani merupakan pekerjaan penting bagi masyarakat Aceh.

Supaya Agar waktu bercocok tanam tepat dan dapat menghasilkan panen yang maksimal, masyarakat Aceh membuat sebuah sistem ini yang bisa dijadikan sebagai pegangan dan pengalaman dalam bertani secara turun temurun.

Tidak diketahui persis sejak tahun berapa dan kpan sistem Keuneunong ini dilestarikan dan digunakan masyarakat di Aceh.

Pengetahuan akan hal ini, mengenai waktu teebaik untuk menanam padi di sawah, merupakan pengetahuan yang berdampak baik bagi kehidupan komunitas di pedalaman Aceh.

Rumus yang digunakan oleh masyarakat Aceh ini cukup mudah untuk dipahami sebagai perhitungan waktu bercocok tanam pada masanya bahkan masih relevan dipraktikkan hingga saat ini.

Rumus Keuneunong adalah K = C-2 x B. K disink diartikan sebagai Keadaan musim, inilah yang disebut keuneunong. Sedangkan C merupakam Angka tetap (angka konstan), yaitu angka 25.

Kemudian 2 adalah angka tetap untuk pengalian dengan C. Dan untuk B adalah bulan Masehi, bulan yang sedang berjalan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan Keuneunong.

Sebagai Contoh adalah, Untuk mencari Keuneunong pada bulan Agustus maka rumusnya adalah K= 25-(2×8)= 9 atau hasil dari (25-16= 9, di mana 16 adalah pengalian bulan 8 dengan 2, 2×8=16).

Maka, untuk bulan Agustus, Keuneunongnya jatuh pada keuneunong 9. Pada Keuneunong 9 ini, jika ingin menanam padi, maka penyemaian bibit telah dapat dimulai.

Kalender Usang

Sejak tahun 2015 lalu, sistem penanggalan Keuneunong telah dijadikan sebagai acuan dalam membuat kalender khusus untuk kawasan atau provinsi Aceh.

Maka, dalam Kalender Aceh, sistemnya dihitung sesuai sistem Keuneunong namun tetap memakai penanggalan pada Kalender Masehi.

Kalender Aceh juga disikluskan berdasarkan peristiwa penting dalam ajaran agama Islam dalam penanggalan Arab.

Namun dalam prakteknya hari ini, para petani di Aceh sudah tidak lagi sepenuhnya menggunakan Kalender Keuneunong dalam bercocok tanam.

Sistem bercocok tanam yang modern saat ini cenderung mengabaikan sistem kalender tradisional ini.

Seperti yang disampaikan oleh Abdul Lumat, seorang petani di Kabupaten Bireuen. Lumat mengaku bercocok tanam tidak lagi sesuai kalender Keunenong.

“Sepertinya kalender ini sudah usang, karena sudah jarang diguakan oleh para petani,” kata Lumat.

Padahal, sistem kalener Keneunong mengatur berbagai tahapan-tahapan dalam mengelolah sawah tersebut.

Semua aktivitas yang dilakukan selama pegerjaan sawah, harus disesuasikan dan diselaraskan dengan sistem Keuneunong. Karena dalam kejadian di lapangan, jika ada salah satu sistem pengelolaan aktivitas di sawah tidak sesuai dengan Keuneunong, maka hasil yang diperoleh nantinya dari sawah tersebut tidak akan memuaskan atau hasilnya kurang baik.

Penggunaan sistem Keuneunong, sangat erat kaitannya dengan situasi musim atau keadaan cuaca

Ada sebuah ungkapan khusus masyakat Aceh dalam menggambarkan Keuneunong, yang didasarkan pads masing-masing tahapan atau kegiatan. Ungkapan ink twlah digubah kedalam bentuk Syair, yakni:

Keunong siblaih tabu jareung-jareung

Keunong sikureung tabu beurata

Keunong tujoh pade lam umong

Keunong limong pade ka dara

Keunong lhe pade ka roh

Pade seumokoh buleun keunong sa.

Adapun maksud dari syair ini yakni: larik pertama artinya adalah pada waktu bulan kena bulan sebelas orang telah memulai membajak.

Pendapat ini ditujukan untuk petani yang akan menanam padi dengan jenis berumur panjang contohnya padi Si Pase dan padi si naek (masa menanam hingga 8 bulan). (*)

Leave a comment