INFOLEUSER.COM | GAYO LUES — Tanaman Hanjuang sebutan dalam bahasa (Sunda) atau Ondong hijau (Jawa) serta sebutan dalam istilah lokal disebut (Nongkal).
Nongkal yang memiliki nama ilmiah cordyline fruticosa, salah satu tumbuhan yang sukar tumbuh dan mudah dipelihara.
Sehingga masyarakat lokal menggangap tumbuhan ini memiliki keistimewaan. Selain banyak ditanam untuk batas kebun oleh warga.
Sebab tanaman ini memiliki umur hingga puluhan tahun dan bisa digunakan untuk bungkus makanan khas.
Sebagaimana makanan khas pada umumnya dibungkus dengan daun daunan, terutama daun pisang, talas, ketupat dari daun kelapa yang masih muda serta daun nongkal.
Karena daun tersebut tahan temperatur panas dan bisa menambah wangi pada makanan tersebut.
Masyarakat Gayo ketika menyambut hari besar islam, sebut saja Isra’ mi’raj, Maulid Nabi, lebaran hari idul adha dan lebaran idul fitri.
Makanan khas merupakan hidangan wajib buat tamu yang datang berkunjung bersilaturahmi di hari besar islam tersebut salah satunya lepat. Dan itu masih dijaga kearifan lokalnya hingga hari ini.
Lepat merupakan makanan khas Gayo yang terbuat dari tepung ketan dan diisi gula merah kalis kemudian dibungkus dengan daun pisang atau daun nongkal dimana pada bagian tengahnya diberi taburan kelapa parut gongseng kemudian dikukus.
Seperti yang diungkapkan ibuk Mayang belum lama ini kepada infoleuser.com.
Membuat Lepat di hari besar islam sudah jadi tradisi dari lehuhur dan masyarakat di sini untuk membukus lepat tersebut lebih dominan menggunakan Daun Nongkal,” sebutnya.
Ia mengatakan, membungkus lepat dengan daun nongkal, memiliki wangi khas dan daun yang panjang sekitar 20 cm dan lebar sekitar 10 cm tersebut mudah dibentuk,” ungkapnya.
Disamping itu, lepat tersebut mudah diikat untuk dikeringkan supaya tahan lama menghindari lapuk, kemudian setelah dikeringkan lepat bisa diolah baik itu digoreng dan dibakar sebagai jajanan pasca lebaran.
Makanan khas, salah satunya lepat juga memiliki nilai relegius, nilai kerja sama dan kebersamaan di dalamnya mulai dari proses pembuatannya, serta makanan khas daerah rata-rata ramah lingkungan pasalnya sisa bungkus makanan tersebut cepat terurai di alam. (*)