INFOLEUSER.COM — Kawasan Ekosistem Leuser terdapat beragam potensi kekayaan alam yang melimpah, salah satunya dari keanekaragaman floranya.
Sebut saja hutan Pinus yang terdapat di dataran tinggi Kabupaten Gayo Lues.
Pinus dengan nama latin Casuarina Equisetifolia merupakan tanaman perdu yang hidup di atas ketinggian sekitar 800 -2000 meter dari permukaan laut (mdpl).
Bentangan sawah masyarakat Gayo Lues yang berbatasan langsung dengan perbukitan dan Hutan Pinus Markusi terlihat sangat asri dan indah menambah daya tarik tersendiri bagi negeri seribu bukit tersebut.
Tusam nama lain dari Pinus tersebut terdapat ribuan hektare di Gayo Lues tersebar di beberapa kecamatan di antaranya Kecamatan Rikit Gaib, Dabun Gelang, Kota Panjang, Blang Jerango, Terangun dan sebagian Kecamatan Pining.
Dimana hutan Pinus tersebut tumbuh subur di areal kawasan TNGL, hutan APL, Hutan Lindung dan Hutan Produksi.
Jauh sebelum itu, sedari leluhur keberadaan hutan Pinus bagi masyarakat adat lokal begitu sarat manfaat dalam menjali kehidupan warga yang mendiami wilayah tersebut.
Pohon yang memiliki tinggi sekitar 40 Meter dan berdaun halus tersebut manfaatnya begitu kentara sebut saja sebagai bahan bangunan rumah, keraknya sebagai penerang di malam hari (suluh), dan tambahan energi (kayu bakar) sebelum adanya minyak tanah dan gas elpigi beredar di pasaran.
Seiring berkembangnya zaman dan dengan kehadiran mintak tanah dan gas elpiji di tengah masyarakat perlahan beralih meninggalkan kayu bakar dari pohon pinus untuk memasak.
Namun masyarakat tetap menggunakan memakai kayu bakar dari pohon pinus tersebut untuk memasak di acara hajatan pesta, menyuling sere wangi dan nilam atsiri.
Namun dalam 5 tahun terakhir, Pinus yang sebelumnya lekat dalam kehidupan masyarakat lokal, kini telah beralih di ambil getahnya sebagai bahan produksi pabrik.
Hal itu di dukung dengan berdirinya Pabrik getah, PT Kencana Hijau yang ada dibangun di Gayo Lues, tepatnya di Pinang Rugub Kecamatan Rikit Gaib.
Masyarakat banyak memanfaatkan Pinus (uyem) untuk dideres dan disadap diambil getahnya baik yang ada d Hutan Areal Penggunaan Lain (APL) dan Hutan produksi serta Hutan lindung,
Dikutip dari berbagai sumber, para pekerja bukan hanya masyarakat lokal namun didatangkan dari luar daerah.
Sisi baiknya dengan kehadiran pabrik getah yang ada di Gayo Lues bisa membantu menambah pendapatan ekonomi masyarakat, sebab mayoritas masyarakat berpenghasilan dari sere wangi.
Namun dalam 5 tahun terakhir harga Sere Wangi anjlok di pasaran ditambah dalam 2 tahun terakhir dilanda pandemi menambah derita masyarakat Gayo Lues.
Peluang ini, tentu membawa angin segar bagi masyarakat setempat memanfaatkan peluang usaha baru dan harga getah yang di beli agen pengepul dari petani dengan harga Rp10.000 per kilogram, kemudian dijual kepada perusahan pabrik PT Kencana Hijau.
Banyak masyarakat menggeluti profesi ini baik penderes maupun jadi pelangsir getah dari hutan selama pandemi seiring dengan harga sere wangi yang jatuh bebas.
Di sisi yang lain, dampak jangka panjang keberlangsungan hutan Pinus di Gayo Lues akibat dari aktivitas tersebut terancam punah di Hutan Leuser.
Apalagi pohon Pinus salah satunya pohon penyimpan emisi karbon, dan menyedia cadangan air karena hutan tersebut hanya ditumbuhi satu jenis pohon yakni Pinus.
Hal itu ditandai dengan di lakukan penderesan terlihat secara kasat mata pohon pinus yang telah di deres tak alami dan asri lagi ditandai daun yang hijau kini seakan akan daunnya menguning.
Semoga pemanfaat hutan pinus dengan di ambil getahnya, ada proses peremajaan baik itu dari PT Kencana maupun dari lahan masyarakat setempat.
Supaya keberlangsungan hutan Pinus yang berada di hutan hujan tetap lestari dan sebagai ikon Gayo Lues ke depan.
Ketika hutan Pinus telah rusak salah satu emisi karbon akan hilang di Gayo Lues dan bagaimana nasib generasi selanjutnya? (*)