Perubahan iklim global diakui sebagai ancaman terhadap kelangsungan hidup spesies dan kesehatan sistem alam.
Ilmuwan di seluruh dunia sedang mengamati dampak ekologis dan hidrologis akibat perubahan iklim.
Perubahan iklim akan membuat upaya masa depan untuk memulihkan dan mengelola lahan basah menjadi lebih kompleks.
Sistem lahan basah rentan terhadap perubahan kuantitas dan kualitas pasokan airnya, dan diperkirakan bahwa perubahan iklim akan berdampak nyata pada lahan basah melalui perubahan rezim hidrologi dengan variabilitas global yang besar.
Respons habitat lahan basah terhadap perubahan iklim dan implikasinya terhadap restorasi akan diwujudkan secara berbeda pada tingkat regional dan mega-DAS, sehingga penting untuk mengetahui bahwa rencana restorasi dan pengelolaan spesifik akan memerlukan pemeriksaan berdasarkan habitat.
Dataran banjir, hutan bakau, lamun, rawa asin, lahan basah arktik, lahan gambut, rawa air tawar, dan hutan merupakan habitat yang sangat beragam, dengan stresor yang berbeda sehingga diperlukan teknik pengelolaan dan restorasi yang berbeda.
Sundarban (Bangladesh dan India), delta sungai Mekong (Vietnam), dan Ontario selatan (Kanada) adalah contoh kompleks lahan basah utama di mana efek perubahan iklim berkembang dengan cara yang berbeda.
Dengan demikian, restorasi jangka panjang yang sukses dan pengelolaan sistem ini akan bergantung pada bagaimana kita memilih untuk menanggapi dampak perubahan iklim.
Menjaga lahan basah menjadi penting untuk dirawat dan dilakukan konservasi alam untuk menyelamatkan dunia dari perubahan iklim serta menjaga habitat keanekaragaman hayati. (*)