Tulisan ini saya tulis dari pengalaman pribadi sebagai petani tradisional.
Setelah menerima pelatihan tentang Jurnalisme dan Perubahan Iklim dari Acehnesia. Saya mulai tahu istilah Perubahan Iklim dan dampaknya bagi sektor pertanian.
Terutama petani kecil tradisional yang tidak mampu menggunakan alat kerja modern.
Istilah Perubahan Iklim memang masih terasa asing di telinga kita dari kalangan petani.
Padahal kita adalah orang pertama yang paling merasakan perubahan iklim ini.
Saat ini. semua platform raksasa sekarang menyediakan kumpulan informasi tentang perubahan iklim.
Misalnya saja Facebook.
Raksasa media sosial ini menyediakan Pusat Info Perubahan Iklim yang memuat fakta-fakta tentang iklim.
Setidaknya 97% pakar klimatologi, melalui tulisan ilmiah mereka, sepakat bahwa pemanasan global itu nyata dan disebabkan oleh manusia.
Kami sebagai petani sangat merasakan dampak dari gelombang panas ini.
“Saya menanam cabai tapi sejak 2 tahun terakhir tidak pernah bisa panen maksimal. Suhu yang ekstrem membuat tanaman susah beradaptasi, sehingga banyak terdampak,”
Kita tahu bahwa ada istilah pertanian untuk pembangunan (Agriculture for Developmen).
Pertanian dapat memposisikan diri ke semua sektor yang mencakup seluruh kehidupan manusia dan berbagai kepentingan lainya.
Dampak langsung perubahan iklim pada pertanian adalah melalui rusaknya atau degradasi sumber daya pertanian seperti penggunaan pupuk kimia yang berlebihan yang dapat menyebabkan tanaman banyak yang mati secara tiba tiba.
Di era perubahan iklim ini, peran pertanian terlebih sektor pangan sangat strategis.
Karena sektor pertanian merupakan penyedia pangan dan bahan baku pengolahan dan juga dapat membangkitkan ekonomi masyarakat.
Hanya saja para petani saat ini sangat kewalahan untuk bisa mencapai target produksi maksimal.
“Kami adalah korban pertama dari perubahan iklim ini. Dan tidak ada kemampuan pemerintah untuk membantu persoalan ini.”