INFOLEUSER.COM — Bur Genting merupakan salah satu objek wisata yang terdapat di Kabupaten Gayo Lues, tepatnya Jalan Pining Lokop – Serbejadi, Aceh Timur.
Destinasi objek wisata ini hanya berjarak sekitar 15 KM ke arah timur dari pusat Ibu Kota Blangkejeren.
Berdasarkan nama, Bur Genting diambil dari istilah Gayo yang artinya, Bur (Gunung) dan Genting ialah tempat lintasan satwa yang terdapat di dalam hutan, atau dalam istilah lain koridor hewan yang menghubungkan dari gunung satu ke gunung yang lain.
Lazimnya tempat tersebut di tandai jalan setapak yang tak ada hidup tumbuhan.
Objek Wisata Genting sebelumya tak banyak dikenal orang, karena hanya warga lokal yang hendak ke ibu kota singgah di tempat tersebut setelah melakukan perjalanan dari Pining maupun arah sebaliknya.
Aman Jur (50 Tahun), pertama membuka objek wisata tersebut, bermula dari berkebun sambil berjualan dengan lapak hanya sederhana, Gubuk yang beratap tenda biru medio tahun 2006 silam.
Dari bertani menanam kopi Arabika sambil berdagang jualan makanan ringan seperti Indomie, Kopi dan snack serta sempat mengolah Kopi Luwak alami meskipun sekarang berhenti, karena kalah bersaing dengan kopi luwak online.
Namun pada saat ini, telah ada 3 orang yang berjualan di lokasi tersebut, dan telah menyediakan aneka fasilitas hiburan sebut saja karaoke dan mainan tangga anak anak.
Puncak Genting yang berada di atas ketinggian 1.800 Mdpl menawarkan panorama hamparan alam yang luas yakni hutan Goh Lemu yang terdapat di Kawasan Ekosistem Leuser.
Tak jarang gunung ini sering diselimuti awan tebal.
Banyak dari wisatawan menghabiskan waktu libur bersama keluarga di saat wekeed atau hari libur biasa di puncak genting tersebut sambil menikmati alam yang memanjakan mata.
Namun sejak Bur Genting tersebut dialihfungsikan dan dikelola menjadi objek wisata dan perkebunan masyarakat, sangat jarang bahkan nyaris tak ada hewan melintas di jalur tersebut.
Padahal puncak Genting salah satu penghunung antara Kawasan Goh lemu dan Kawasan Kappi zona inti TNGL, karena bentangan gunung tersebut telah di belah baik untuk akses pembukaan jalan dan destiniasi wisata alam sehingga banyaknya manusia saban hari berwisata ke objek wisata tersebut.
Pun demikian satwa satwa lebih memilih jalur lain untuk pindah kawasan, seperti keterangan warga setempat. (*)