RAWATRIPA.COM — Rotan dan madu yang dulu menjadi salah satu sumber penghidupan masyarakat Kuala Seumayam sekarang juga sudah jarang ditemukan.
“Sudah jarang ada rotan di hutan, kan hutannya pun sudah tinggal sedikit… kalaupun ada hanya kami ambil untuk membuat bubu lele saja..“, demikian penjelasan seorang pengrajin anyaman rotan di Kuala Seumayam.
Kini, pohon madu di hutan rawa gambut juga sudah jarang ditemukan, sehingga mereka sulit mencari madu.
Hutan rawa gambut dengan kondisi tutupan yang masih baik yang saat ini masih tersisa di Ekosistem Tripa hanya sekitar 6000 ha, berada di Desa Kuala Seumayam Pesisir (desa lama).
Di lokasi inilah masyarakat miskin dari Desa Kuala Seumayam dan Desa Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya serta beberapa desa lain di sekitarnya menggantungkan hidupnya.
Luasan ini berarti hanya sepertiga jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2001 dimana areal berhutannya sekitar 18000 ha.
Meskipun pada tahun 1998, daerah ini dinyatakan sebagai bagian dari Kawasan Ekosistem Leuseur yang notabene merupakan kawasan lindung, namun ada perusahaan besar yang dapat memiliki HGU dan secara legal mengelola lahan di kawasan tersebut.
Tumpang tindih status lahan ini perlu segera dibenahi. Terlebih lagi ancaman alih fungsi lahan menjadi areal perkebunan pada areal hutan rawa gambut tersisa yang terjadi belakangan ini.
Beberapa fakta menunjukkan bahwa upaya alih fungsi lahan seringkali mengabaikan nilai ekologis hutan rawa gambut, termasuk juga manfaat ekonomis bagi masyarakat lokal yang subsisten.
Bagaimana jika areal hutan yang tersisa ini betul-betul beralih fungsi? Kemana lagi masyarakat lokal akan mencari sumber penghidupan? (*)