INFOLEUSER.COM | Gayo Lues,- Lesten merupakan sebuah Desa yang ada di Kecamatan Pining, Gayo Lues, Berjarak sekitar 18 Km dari pusat Kecamatan terdapat bangunan sekolah SD dan SMP Satu Atap. Disitulah seorang guru perempuan “Srikandi Leuser” lulusan Universitas Samudra Langsa (Unsam) mendidik anak-anak dipedalaman Leuser.

Salasiah salah seorang dewan guru yang mengajar di SMP Pedalaman leuser tersebut merupakan Srikandi Leuser kelahiran 17 Juni 1994, ia  telah mengajar sejak Tahun 2018 silam, tepatnya setelah ia menyelesaikan pendidikan di Unsam Langsa.

Awal februari yang lalu acehnesia.com mencoba menjumpai Salasiah yang merupakan seorang guru perempuan yang mengajar di pedalaman menceritakan kisahnya.

Salasiah menceritakan awal ketertarikannya mengajar dipedalaman Lesten saat ia ikut bersama rombongan Perpustakaan Keliling yang diglear di SMAN 1 Pining pada 2016 silam.

guru pedalaman Lesten
Salasiah guru pedalaman Lesten sedang mengajar muridnya di Kelas
Foto Dok: Salasiah

Setelah menyaksikan bagaimana anak-anak belajar disana ia merasa tertarik  dan ingin berperan aktif memajukan Lesten, terutama dibidang pendidikan demi suksesnya generasi Lesten dimasa yang akan datang.

Salasiah menuturkan, meskipun sekolah tersebut berada di bepadalaman dan jauh dari pusat Kota ia yakin dan percaya “tiada kata tidak mungkin demi menggapai cita-cita generasi Lesten dengan rasa kepeduliannya terhadap generasi Lesten pasti tergapai walau ia harus menanggung resiko akan tetapi jika niat kita baik insya Allah akan mendapatkan kebaikan jua”, ujarnya.

Ia bertekad selagi masih dibutuhkan akan tetap mengabdi di Lesten, karna menurutnya dimana bumi pijak disitulah langit dijunjung.

Salasiah berstatus sebagai Guru Tidak Tepat ( GTT) Program dari Pemerintahan Kabupaten Gayo Lues yang mengasuh mata pelajaran Biologi mengaku menerima bayaran sekitar 1,5 juta perbulan dan dirapel dalam tiga bulan sekali. Namun tidak menyurutkan niat mengapdi di pedalaman Lesten.

Salasiah menetap di Lesten dengan menumpang bersama keluarganya dan tidak jarang setelah ia selasai mengajar, Salasiah mengisi kekosongan waktu dengan bercocok tanam bersama masyarakat lainnya, seperti jagung, sayur sayuran sebagainya untuk penghasilan tambahan sembari menunggu gajiannya, ucap Salasiah sembari tersenyum.

Salasiah juga mengungkapkan keadaan Sekolah dimana ia mengajar bersama 10 orang guru lainnya mengajar dengan dengan fasiliatas seadanya, meski demikian para guru tidak mempermasalahkan.

“Meskipun sekolah berada di pedalaman, ketika murid giat belajar insyallah bisa bersaing dengan sekolah yang berada di Perkotaan yang fasilitasnya jauh lebih sempurna”, ucapnya.

Tidak sampai disitu, Salasiah selain seorang pengajar atau guru, ia juga aktif dalam isu lingkungan. ia pernah mengikut pelatihan Perempuan Paralegal Pelindung Hutan yang digelar oleh yayasan HaKA di Banda Aceh pada tahun 2019 dan 2020.

Share.

Comments are closed.