ACEHNESIA.COM | GAYO LUES — Dalam tataran tradisi urang Gayo ada empat pesta (hajatan) yang berlaku bagi anak laki laki dan itu meski ditunaikan oleh orang tuanya (sinte tangungen berat junjungen).

Diantaranya, pertama hajatan turun tanah (turun mani).

Kedua sunat rasul (Jelisen) dan ketiga pesta perkawinan (luahi, Nikah) atau dalam istilah lain disebut Sinte Murip (Pesta Hajatan).

Sunat Rasul  (i islaman) ini merupakan hajatan yang kedua di mana dilaksanakan anak laki-laki menginjak remaja kira-kira berumur 11 atau 12 tahun.

Mantri yang akan mengkhitan dicuci tangan oleh ibu si anak. Foto Ismail Baihaqi

Berdasarkan dalil dari Hadist Nabi Muhammad Saw yang diterangkan Abu Dawud dan Ahmad, buanglah darimu buku (rambut) kekufuran dan berkhitanlah.

Tradisi Gayo

Dalam suku Gayo acara hajatan tersebut sangat kentara dan bernuansa dengan Budaya, anak laki laki yang mau dikhitan tersebut selain memakai baju kerawang Gayo.

Terlebih dahulu di sajikan makan yang lengkap dengan menunya (mangan talak).

Anak tersebut tinggal memilih sesuka hatinya mana makanan yang dia suka untuk dimakan.

Baru setelah itu tinggal melaksanakan acara hajatan lainnya seperti Kenduri dan zikir maulid tergantung kemampuan orang tua (Sukut Sinte).

Si anak sedang bersiap dikhitan. Foto Ismail Baihaqi

Kemudian setelah acara kenduri dan zikir maulid selesai dilanjutkan ke acara khitan.

Sebelum Mantri menunaikan tugasnya sang anak tersebut dituntun oleh seorang Tgk untuk mengikrarkan atau lafazkan Istigfar sebanyak tiga kali, dilanjutkan Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul dan terakhir Shalawat Ibrahimiyah.

Baru setelah itu mantri melaksanakan eksekusi dan setelah selesai baru dibaca shalawat Bersama-sama dan ditaruk di tempat yang telah disediakan.

Tak sampai di situ, mantri kemudian dibersihkan tangannya oleh orang tua (Ibu) dari sang anak sembari mengucapkaan rasa  terimakasih. (*)

Share.

Comments are closed.