INFOLEUSER.COM |GAYO LUES,- Keberadaan Hutan Leuser selain penyangga Taman Nasional Gunul Leuser (TNGL) juga menyimpan banyak kekayaan alam yang melimpah, baik satwa dan fauna hayatinya termasuk species kunci  juga masih hidup didalam kawasan Leuser seperti Harimau, Gajah, Orang hutan dan juga  Badak.

Bagi masyarakat adat yang hidup berdampingan dengan hutan dan alam, rutinitas keluar masuk hutan mencari rejeki dari hasil alam telah menjadi kebiasaan sendari turun temurun. Mereka tidakt pernah merasa takut dengan buasnya Harimau dan Gajah yang merupakan hutan sebagai rumahnya.

Seperti ungkapan salah seorang Warga Desa  Pertik,  Suhaimin, menurutnya niat baik berusaha untuk mencari rezeki ke dalam hutan merupakan kunci agar selamat dari ancaman gangguan hewan buas.

Harimau Sumatra (Panthera tigris Sumatera) atau beberapa istilah lokal di Gayo Lues disebut Datok, tok uten, kuring letong, regom dan kule Terkenal dengan keganasan kebuasan sang raja rimba, ia memiliki insiting yang tajam dan sangat pantang diganggu atau disakiti dengan cara apapun.

Menurut kepercayaan masyarakat lokal, membunuh  atau menyakiti harimau sama halnya mencari malapetaka bagi dirinya, karena jika membunuh atau menyakiti dan menggangu hewan yang dijuliki raja rimba tersebut maka akan ada pembalasan dendam dikemudian hari oleh kawan harimau lain meskipun  kejadiannya telah lama.

“Demi keselamatan lebih baik kita menghindari,  toh merekapun tidak mengganggu kita, sama-sama mencari rejiki di hutan”,  sebut Suhaimin.

Begitu juga dengan Gajah atau disebut oleh masyarakat lokal di Gayo Lues Abang Kul, gajah juga dikenal oleh masyarakat lokal memiliki kesetia kawan yang tinggi, ketika kawannya tersakiti maka ia tidak akan tinggal diam.

Di samping itu, masyarakat lokal juga percaya bahwa,  ketika bepergian ke hutan dan tersesat di dalam hutan  harimau sering membantu dengan memberi petunjuk arah pulang dengan cara menggarut batang pohon seakan memberi petunjuk arah pulang, dan hal tersebut sering dialami oleh masyarakat lokal yang tersesat di hutan.

Oleh karena itu masyarakat lokal di Gayo Lues yang tinggal di pinggiran hutan akan saling menjaga dan hidup berdampingan dengan hewan buas tanpa saling menyakiti dan telah menjadi kebiasaan turun temurun dari nenek moyang hingga saat ini.

Jikapun ada orang yang memburu harimau atau gajah di kawasan tertentu di Gayo Lues itu hanya orang orang yang tidak mengerti betapa pentingnya menjaga satwa yang hampir punah dan tidak pernah merasakan betapa bahagia dan indahnya hidup harmonis berdampingan dengan satwa buas di alam bebas. dan saya yakin suatu saat nanti akan merasakan balasan apa yang telah diperbuat, pungkas Suhaimin.

Share.

Comments are closed.