INFOLEUSER.COM – Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan dari keluarga rumput-rumputan yang digolongkan dalam tanaman biji-bijian.
Jagung dikenal luas oleh masyarakat Indonesia karena tanaman jenis zea ini bisa dijadikan bahan makanan pokok pengganti nasi dan berbagai macam makanan olahan.
Pun demikian masyarakat adat yang tinggal di Kawasan Ekosistem Leuser, sejak leluhur hingga hari ini masih tetap membudidayakan tanaman jagung.
Namun, tanaman jagung yang ditanam oleh masyarakat adat adalah variates lokal atau jagung lokal.
Masyarakat adat yang tinggal di pinggiran Hutan Leuser, salah satu penghasilan adalah dari sektor pertanian, tak jarang tanaman jagung salah satu tanaman muda masyarakat di saat pembukaan lahan baru sembari menanam tanaman tua seperti kopi, kemiri dan durian.
Pola bertaninya pun masih berbasis adat mulai dari tujuan menanam dan hasil produksinya untuk di konsumsi pribadi, sedekah, sebagian untuk binatang yang ada di hutan, dan selebihnya untuk dijual.
Namun seiring berkembangnya zaman, bertani secara tradisional dan berbasis adat mulai ditinggalkan dan beralih bertani secara moderen.

Pun demikian jagung lokal yang dulu ditanam oleh masyarakat mulai menghilang.
Padahal varietas jagung benih lokal memiliki cita rasa tersendiri yang khas dan harum.
Informasi yang dihimpun Infoleuser.com, dalam satu dekade terakhir, tanaman jagung merupakan tanaman perimadona masyarakat Leuser, dengan banyak petani menggalakan tanaman jagung di setiap daerahnya.
Bibit yang ditanam adalah bibit yang berlabel unggul, sebut saja jagung manis dan varietas pioner singa biksi 35.
Baik itu bantuan pemerintah dan dibeli oleh masyarakat di pasaran.
Kendati demikian, bibit jagung jenis varietas pioner Singa 35 telah menjadi komoditas baru di masyarakat adat Leuser.
Ini terlihat setiap daerah menanam jagung tersebut baik di lahan yang baru dibuat maupun mengalihfungsikan sawah untuk ditanami jagung.
Meskipun kendala harga di pasaran tak pernah stabil dan tak menentu, harga paling tinggi tingkat petani 4000 rupiah per kilogram dibeli oleh agen pengumpul.
Selain itu diperlukan biaya yang lumayan besar untuk menanam jagung tersebut.
Pasalnya bibit yang dijual harganya Rp 500 ribu per zak, dan persoalan pupuk bersubdisi saban tahun sering mengalami kelangkaan di pasaran, sehingga para petani mengalami kerugian.
Di samping itu, tanaman Jagung merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak ancaman dari hama salah satunya hama dari satwa.
Tak jarang para petani jagung, untuk mengamankan serangan hama tersebut memansang jerat, kawat listrik di kebunnya.
Dampaknya jerat dan kawat listrik tersebut sering lukai dan memakan korban baik itu dari manusia maupun satwa liar.
Termasuk satwa yang dilindungi seperti gajah, harimau, babi, dan kera ekor panjang baik terdeteksi maupun tak terdeteksi oleh pihak penegah hukum.
Cara bertani yang ramah lingkungan dan saling berdampingan hidup dengan satwa nyaris sulit ditemui dewasa ini di Kawasan Ekosistem Leuser.
Budaya hidup berdampingan dengan satwa seakan tergerus dengan perkembangan zaman dan manusia lebih mementingkan dirinya. (*)